Pangkas Rambut Shin Hua yang Legendaris

oleh -110 Dilihat
Plakat papan nama Potong Rambut "Shin Hua" | Foto: Bangga Surabaya

Surabaya, PMTSnews.com – Salah satu saksi bisu sejarah Kota Surabaya adalah Bangunan Pangkas Rambut “Shin Hua”. Bangunan yang berdiri sejak zaman penjajahan Belanda ini, berada di Jalan Kembang Jepun No 38 Surabaya.

Shin Hua, barbershop legendaris ini, berdiri sejak tahun 1911. Jika dihitung, saat ini usia bangunan itu sudah berumur satu abad lebih.

Jika dilihat, bangunan berlantai dua ini tampak seperti rumah tinggal biasa. Tidak ada papan nama yang menandakan adanya barbershop di bangunan tersebut. Hanya sebuah pintu yang terbuka lebar dan tangga yang menjadi akses untuk menuju ke lantai dua.

Ketika langkah kaki mulai memasuki pelataran, pengunjung akan merasakan suasana vintage yang kian kental. Beberapa fasilitas seperti kursi pelanggan untuk bercukur, kipas angin gantung, hingga sisir rambut yang berasal dari tulang ikan, menjadi saksi bisu berdirinya bangunan ini.

Shin Hua yang berarti “Baru Mekar” begitu sangat jaya pada awal tahun kemunculannya. Bahkan, dahulu pelanggan setia Shin Hua pun dikenal sangat banyak, mulai para petinggi negara, tentara Belanda, hingga rakyat biasa. Namun, barbershop yang dikelola oleh Tan Ting Kok ini, hanya melayani pria yang ingin memotong rambut.

Tan Ting Kok yang merupakan pencukur sekaligus pemilik mengungkapkan, pangkas rambut yang ia kelola menjadi yang pertama berdiri di Kota Pahlawan. Usaha ini awal mula dirintis oleh almarhum sang ayah, Tan Shin Tjo pada tahun 1911. Sang ayah merupakan seorang perantauan dari Cina yang mengadu nasib di Surabaya. Bisnis yang dirintis dari bawah oleh sang ayah pun akhirnya berbuah manis.

“Dulu pelanggan ayah saya itu banyak dan selalu ramai, sehingga pegawai yang kerja di sini sampai 10 orang,” kata Tan Tin Kok saat ditemui Tim Bangga Surabaya, Kamis (24/10/2019).

Pria berumur 70 tahun ini juga bercerita, sang ayah yang memiliki 12 anak, memiliki harapan ada yang mewarisi Shin Hua. Namun, dari ke 12 anaknya tersebut hanya Tan Ting Kok saja yang bersedia untuk meneruskan babershop ini.

Hingga sekarang, Tan Ting Kok masih mempertahankan suasana tempo dulu di dalam ruangan pangkas rambutnya. Dekorasinya pun mengingatkan pada tata ruangan khas film Tionghoa zaman dulu.

Tan Ting Kok beranggapan bahwa, jika dekorasi Shin Hua dirubah, maka ciri khas tersebut menjadi hilang. Sebab menurutnya, ciri khas tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi penggunjung Shin Hua.

“Sampai sekarang saya masih menggunakan alat cukur yang jadul, dan masih pakai sisir dari tulang ikan yang dipakai mulai tahun 1911 oleh ayah saya, hingga sampai saat ini masih saya pakai,” ujarnya.

Namun, sejak menjamurnya barbershop dan salon yang menjadi pesaing utamanya, membuat usaha pangkas rambut Tan Ting Kok kian meredup. Disamping itu, mahalnya pengurusan biaya memasang papan reklame menjadi salah satu faktor meredupnya usaha Shin Hua ini.

Inilah yang menjadikan masyarakat kurang mengenal pangkas rambut tertua di Surabaya. Selain itu, meskipun si pemilik memiliki sembilan buah hati, namun tak ada satupun yang berniat untuk meneruskan warisan usaha tersebut.

Tan Ting Kok mengakui jika anak-anaknya lebih memilih jalannya masing-masing dalam menentukan pekerjaan. “Ya kalau tak ada yang meneruskan nanti yang pasti akan tutup,” jelasnya.

Meskipun di usianya yang tergolong senja, Tan Ting Kok masih semangat dalam menjalankan usaha Shin Hua. Ia berkomitmen akan tetap melayani pengunjung setianya yang membutuhkan layanannya dan bercerita mengenai kejayaan masa lampau.

Untuk setiap layanannya, pemilik barbershop ini mematok harga Rp 50 ribu. Nominal tersebut, terbilang wajar bagi tempat cukur untuk seorang yang berpengalaman. Tak hanya sekadar memangkas rambut, Tang Ting Kok juga menyuguhkan cerita lawas Kembang Jepun menemani setiap guntingan helai rambut sang pelanggan. (*)

Sumber : Bangga Surabaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.